BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Fistula Vesiko Vagina banyak ditemukan di negara sedang berkembang sebagai
akibat persalinan yang lama maupun penanganan yang kurang baik. Di negara maju
Fistula Vesiko Vagina terbanyak disebabkan oleh tindakan operasi histerektomi
baik secara abdominal maupun transvaginal. (Sarwono, 2010)
Fistula Vesiko Vagina merupakan kasus yang tidak seorangpun membayangkan
akan terjadi pada dirinya. Penderitaan pasien, bukan hanya pada fisik saja
berupa mudahnya mengalami ISK, namun memiliki dampak psikososial yang dirasakan
lebih menyakitkan. Penderita merasa terisolasi dari pergaulan, keluarga dan
lingkungan kerjanya oleh karena senantiasa mengeluarkan urine dan bau yang
tidak sedap setiap saat. Tidak jarang suami akan meninggalkannya dengan alasan
tidak terpenuhinya kebutuhan biologis dengan wajar. (Sarwono, 2010)
Kasus Fistulla Obstetri seringkali dialami oleh para wanita dari kalangan
sosio ekonomi yang rendah dimana pada saat kehamilan dan persalinan tidak
mendapat pelayanan yang memadai sehingga persalinan berlangsung lama dan
terjebak pada persalinan kasip.
Kompresi kepala janin pada jalan lahir akan menyebabkan dinding vagina,
kandung kemih serta urethra mengalami nekrosis dan selanjutnya akan terjadi
fistula. Kehidupan masyarakat dengan tingkat sosio ekonomi yang rendah akan
menyebabkan gangguan kekurangan gizi yang menahun, akibatnya pada saat usia
reproduksi dan melahirkan kelak akan mengalami gangguan imbang janin dan jalan
lahir.
Pada kasus seperti ini apabila tidak mendapatkan pelayanan obstetri yang
memadai saat persalinan, penderita akan mengalami persalinan kasip.
Angka kejadian pasti di Indonesia sulit didapatkan oleh karena banyak
laporan hanya menggambarkan kejadian pada penderita yang datang ke Rumah Sakit.
WHO (1991) melaporkan angka kejadian di Afrika 55 – 80 per 100.000 kelahiran
hidup. Di Ethiopia 90 % disebabkan oleh persalinan kasip.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
1. Agar
mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu post fistuloraphy atas
indikasi fistula vesiko vaginalis rawatan hari ke-5 dan 6
1.2.2
Tujuan
Khusus
1. Melakukan
pengkajian data subjektif pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula
vesiko vaginalis di ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Melakukan
pengkajian data objektif pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula
vesiko vaginalis di ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
3. Melakukan
diagnosis pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko vaginalis di
ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
4. Melakukan
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu post fistuloraphy atas indikasi
fistula vesiko vaginalis di ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil
Padang
1.3
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana memberikan asuhan kebidanan
pada ibu post fistuloraphy atas
indikasi fistula vesiko vaginalis rawatan hari ke-5 dan 6?
2.
Bagaimana cara pengumpulan data Subjektif, Objektif,
Assesment, Planning, pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko vaginalis rawatan hari
ke-5 dan 6 yang dituangkan dalam bentuk SOAP?
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1 Pengertian
Fistula genitourinaria adalah terbentuknya hubungan
antara traktus genitalis dan traktus urinarius. Bentuk yang tersering adalah
fistula vesikovaginal dan fistula ureterovaginal.
Fistula vesikovaginal yaitu terbentuknya
fistel atau lubang pada dinding vagina yang menghubungkan kandung kemih dengan
vagina, akibatnya urine keluar melalui saluran vagina tanpa disadari. (Sarwono,
2010)
2.2 Etiologi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fistula Vesiko Vagina
antara lain :
- Komplikasi Obstetrik, yaitu terjadi karena persalinan.
a.
Karena robekan oleh forceps, alat-alat
yang meleset atau karena sectio sesare
b.
Karena nekrosis tekanan, dimana jaringan
tertekan lama antara kepala anak dan sympisis seperti pada persalinan dengan
panggul sempit, hydrocepalus atau kelainan letak. Kalau pembukaan belum lengkap
dapat terjadi fistula cervicalis atau fistel ureter, sedangkan pada pembukaan
lengkap biasanya terjadi fistula vesico vaginalis. Pengawasan kehamilan yang
baik disertai pimpinan dan penanganan persalinan yang baik pula akan mengurangi
jumlah fistel akibat persalinan.
Fistel karena perlukaan atau robekan terjadi segera setelah partus,
sedangkan fistel karena nekrosis (partus lama) terjadi 4-7 hari post partum.
- Operasi Ginekologi, terjadi pada :
·
Karsinoma, terutama karsinoma servisis
uteri
·
Karena penyinaran : baru timbul 2-5 tahun
setelah penyinaran
·
Karena operasi ginekologis : pada
histerektomi abdominal dan vaginal atau operasi untuk prolaps dapat terjadi
perlukaan vesika urinaria. Pada histerektomi totalis dapat terjadi lesi dari
ureter atau kandung kemih.
- Fistula Traumatik, terjadi pada:
·
Pada abortus kriminalis
·
Perlukaan oleh benda-benda runcing,
misalnya karena terjatuh pada benda yang runcing.
·
Karena alat-alat : kateter, sonde, kuret
- Penyebab lain yang jarang ditemukan seperti kondisi peradangan saluran pencernaan, penyakit chronis, trauma yang berasal dari benda asing dan kelainan kongenital
2.3 Gejala
Secara klinis gejala Fistula Vesiko Vagina mengalami
inkontinen urine dan tidak ada rasa nyeri. Komplikasi yang sering terjadi yaitu
adanya iritasi pada daerah perineum dan paha atas, dermatitis kronis, infeksi
saluran kemih serta penumpukkan kristal (Calculi pada buli-buli), amenorrhoe
sekunder sebagai akibat sentral oleh karena depresi berat dan endometritis.
Juga dapat terjadi striktura / stenosis vagina yang merupakan gejala yang
sering bersamaan dengan fistula.
Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul
segera setelah persalinan atau beberapa lama setelah persalinan, sedangkan
fistula akibat tindakan operasi ginekologi 5 - 14 hari pasca bedah.
Pada fistula yang kecil urine dapat merembes sedikit.
Gejala paling sering dari Fistula Vesiko Vagina adalah inkontinensia total
involunter yaitu adanya iritasi daerah vulva dan seringnya terjadi ISK. Trias
gejala yang timbul setelah tindakan pembedahan : sekret air kencing, nyeri
perut dan kenaikan suhu badan dapat dipastikan adanya Fistula Vesiko Vagina.
2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya fistula vesikovaginalis adalah:
-
Persalinan lama - Operasi pelvis
-
Riwayat pelvic inflamatory disease - Keganasan pelvis
-
Endometriosis - Infeksi
-
Diabetes - Perubahan anatomi pelvis
2.5 Klasifikasi
Terdapat 2 jenis fistula vesikovaginalis, yaitu :
1.
Simple vesicovaginal fistulae
·
Ukuran fistula < 2-3 cm dan terletak
supratrigonal
·
Tidak ada riwayat radiasi atau keganasan
·
Panjang vagina normal
2.
Complicated vesicovaginal fistulae
·
Mempunyai riwayat radiasi sebelumnya
·
Terdapat keganasan pelvis
·
Vagina pendek
·
Ukuran fistula > 3 cm
·
Mengenai trigonum vesika urinaria
2.6
Diagnosis
Pada Fistula yang besar untuk membuat
diagnosis tidaklah sulit oleh karena dengan mudah dapat dilihat dan diraba,
akan tetapi Fistula yang kecil sangat sulit. Untuk itu diperlukan pemeriksaan
tambahan antara lain :
1.
Tes pewarnaan Urine (Test Metilen Biru)
Dilakukan jika dengan
pemeriksaan Spekulum lokasi Fistel sukar ditentukan. Beberapa kasa diletakkan
dalam vagina, kemudian kandung kemih diisi dengan metilen biru melalui kateter
sebanyak 30-50 cc. Setelah 3 – 5 menit kasa dalam vagina dikeluarkan satu per
satu dengan mudah dapat terlihat adanya cairan metilen biru dan sekaligus dapat
mengetahui lokasi Fistula Vesiko Vagina.
- Cara lain yang hampir sama yaitu ( Test Tampon Moir )
Disini digunakan untuk
membedakan antara Fistula Utero Vagina yang kecil dan Fistula Vesiko Vagina.
Caranya : 150 – 200 cc
larutan metilen biru dimasukkan dalam kandung kemih, sebelumnya sudah
dimasukkan 3 tampon dalam vagina. Pasien kemudian disuruh jalan-jalan selama
10-15 menit, kemudian tampon dikeluarkan. Jika tampon bagian bawah basah dan
berwarna biru maka kebocoran dari urethra. Jika bagian tengah basah dan
berwarna kebiruan berarti dari Fistula Vesiko Vagina. Jika bagian atas yang
basah tetapi tidak berwarna biru berarti dari ureter.
- Endoskopi ( Cystoscopy )
Dapat membedakan lokasi
dan ukuran Fistel serta derajat reaksi radang sekitar Fistel. Banyak Fistel
yang terjadi sesudah tindakan histerektomi dan lokasi biasanya dibelakang cela
intra uterin dan berhubungan dengan dinding anterior vagina.
- Pemeriksaan Radiologis
IVP dilakukan untuk
membedakan Fistula Vesiko Vagina atau Obstruksi Ureter dengan retrograde
Pyelogram paling bermakna untuk menentukan adanya Fistula Vesiko Vagina.
Retrograde Pyelogram dilakukan jika pada IVP ditemukan keadaan yang abnormal
atau lokasi Fistula sukar ditentukan.
2.7
Prinsip dan Metoda Penanganan
Suatu fistula yang diketahui 3 – 7 hari sesudah operasi dapat diperbaiki
segera secara transabdominal atau transvaginal. Tetapi fistula yang diketahui
sesudah 7 – 10 hari postoperasi akan diobservasi sampai proses radang dan
indurasi hilang.
Suatu fistula postoperasi yang kecil dalam keadaan yang tenang dapat
sembuh, dengan drainase buli-buli selama 2-3 minggu. Ketika didiagnosis adanya
fistula vesikovaginal postoperasi, stent ureter segera dimasukkan dan dipasang
selama 2 minggu. Karena oedema, pemasangan ini bisa gagal dan diulangi minggu
berikutnya. Penyembuhan spontan fistula ureterovaginal dapat terjadi dimana
kontinuitas lumen ureter dan infralesi ureter normal.
Fistula yang kecil, berukuran < 2 mm, dahulu dilakukan fulgurasi
atau kauterisasi kimia dengan drainase buli-buli. Cara ini memiliki angka
kegagalan tinggi dengan tambahan perlukaan serta kerusakan pada jaringan
sekitar. Penanganan modern fistula persisten dengan pembedahan meskipun fistula
tersebut berukuran sangat kecil.
Tidak ada penanganan medikal yang dapat mengkoreksi fistula vesikovaginal
dan fistula ureterovaginal dengan memuaskan. Meskipun estrogen conjugated (oral
atau transvaginal) dapat memperbaiki jaringan vagina menjadi lebih lunak dan
lembut untuk persiapan reparasi fistula. Hal ini penting untuk wanita
postmenopause dan wanita dengan vaginitis atropik. Dapat juga diberikan
estrogen vaginal cream pada pasien hipoestrogenik. Estrogen vaginal cream
diberikan selama 4 – 6 minggu, dosis 2 – 4 gr saat tidur sekali per minggu.
Untuk mengurangi risiko cystitis, produksi mukus yang banyak, dan
terbentuknya batu buli-buli, maka urine diasamkan dengan diberikan Vitamin C
oral 3 x 500 mg per hari. Untuk higiene pribadi dan perawatan kulit, maka
rendam duduk dengan kalium permanganat. Untuk fistula yang kecil, dapat
dilakukan pemasangan katheter selama 4 – 6 minggu. Meskipun drainase dengan
katheter atau fulgurasi pada pinggir fistula jarang berhasil sebagai pengobatan
fistula.
Prinsip Perbaikan dengan Pembedahan 7,10 :
- Waktu. Dianjurkan menunggu selama 3-6 bulan sampai infeksi dan udem hilang. Penutupan dini saat diagnosis ditegakkan merupakan alternatif, bilamana jaringan sekitar kering dan bebas infeksi. Fistula akibat radiasi penutupan dilakukan sesudah 12 bulan.
- Posisi yang tepat sangat diperlukan, dengan pasien biasa pada posisi litotomi dorsal sedikit Trendelenburg’s. Sebagian besar fistula nampak pada posisi ini. Pada beberapa kasus dengan posisi knee-chest, terutama untuk lesi vaginal anterior dengan tarikan pada bagian belakang pubis. Asisten pada kedua sisi diperlukan, dan paparan yang bagus didapat dengan menggunakan retraktor Sims, Breisky, atau Wertheim .
- Mobilisasi dan diseksi saluran fistula dan jaringan sekitar sangat penting. Dianjurkan mengeksisi seluruh mukosa vagina untuk menutup saluran fistula.
- Penutupan dengan pembedahan dilakukan tanpa tekanan dan sebaiknya diperhatikan kedua sisinya agar tidak terjadi tumpang tindih. Jika kemudian tidak bisa dilakukan, interposisi jaringan flap mungkin dapat dikerjakan. Penutupan buli-buli harus kuat, dan ini bisa diuji dengan memasukkan larutan metilen biru atau susu steril ke dalam buli-buli.
- Drainase buli-buli postoperasi lebih baik dipasang katheter suprapubis selama 10-14 hari, dan keuntungan pemasangan katheter suprapubis dibanding katheter uretra terutama pada penurunan risiko infeksi saluran kencing, pasien lebih nyaman, dan pengosongan dini
- Materi dan instrumen
Penggunaan lampu
penerang, instrumen dan materi yang memadai sangat dianjurkan. Instrumen yang
diperlukan gunting Kelly, Allis forsep, pengait, retraktor Sims, alat penghisap
ukuran kecil dan bisturi dengan pegangan panjang. Benang yang dipakai
ukuran 3-0 atau 4-0 yang diserap tubuh dengan jarum atraumatik. Gunakan jahitan
interupted karena lebih hemostatik, dan dijahit 2 lapis.
Macam-macam benang yang
diserap (absorbable) :
Catgut :
diabsorbsi lengkap dalam 2 – 3 minggu
Polyglactin 910 (Vicryl) :
diabsorbsi lengkap dalam 60 – 90 hari
Polyglycolic acid (Dexon) :
diabsorbsi lengkap dalam 90 – 120 hari
Polydioxanone (PDS II) :
diabsorbsi lengkap dalam 180 hari
2.8 Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan pre-operasi
a.
Konseling pasien dan keluarga tentang
keberhasilan operasi dan kompliksainya
b.
Persiapan fisik , dan laboratorium
c.
Sebelum menentukan perencanaan penanganan,
maka harus dapat diidentifikasi dengan baik dan benar mengenai :
ü Keadaan organ urogenital
ü Lokasi, ukuran dan jumlah fistula
ü Jaringan sekitar fistula dapat atau layak untuk penutupan fistula
ü Fungsi uretra dan leher buli-buli
ü Jika ada infeksi saluran kemih harus diobati dahulu dengan pemeriksaan
kultur urine dan tes sensitivitas. Sehingga dapat diberikan antibiotika yang
tepat karena adanya fistula penderita sering mengalami bakteriuri
d.
Jika ada peradangan pada vagina dan proses
inkrustasi pada pinggiran fistula diperlukan perawatan khusus dengan pembilasan
vagina dengan mengunakan larutan asam laktat satu sendok dilarutkan dalam satu
liter air hangat 1 -2 kali sehari. Sedangkan pembilasan buli-buli dengan boorwater.
e.
Diberikan injeksi IM 1 mg estradiolbenzoat
setiap hari selama 1-2 minggu dilanjutkan 2 minggu pasca bedah.
f.
Iritasi kulit genitalia eksterna dan
sekitarnya yang mengalami dermatitis diberikan salep antibiotika dan setelah
peradangan sembuh diberikan perlindungan salep zinc
2.
Penatalaksanaan operasi
·
Operasi transvaginal
Reparasi transvaginal memberikan keuntungan, perdarahan minimal, morbiditas
dan mortalitas rendah, waktu operasi lebih pendek, dan waktu pemulihan post
operasi lebih pendek. Pendekatan pervaginal mengurangi manipulasi saluran
pencernaan, mengurangi morbiditas khususnya pada pasien dengan fistula karena
radiasi.
Sebelum memulai operasi transvaginal harus terlebih dulu dilakukan seleksi
terhadap jenis fistula urogenital yang akan dioperasi .
Jenis fistula urogenital :
·
fistula urethrovaginal
·
fistula vesikovaginal
·
fistula vesikoservikal
·
fistula ureterovaginal
Penanganan dengan pendekatan transvaginal hanya dikerjakan pada jenis
fistula urethrovaginal , fistula vesikovaginal , fistula vesikoservikal dan
tidak dilakukan pada fistula ureterovaginal yang biasanya terjadi sebagai
komplikasi histerektomi.
·
Operasi transabdominal ( suprapubik )
Pendekatan yang biasa dipakai oleh ahli ginekologi adalah melalui vagina.
Terdapat beberapa fistula yang tidak bisa melalui perbaikan vagina. Jika pasien
dirujuk ke ahli urologi, pendekatan abdominal menjadi pilihan utama kecuali
fistula terletak di bagian yang sangat rendah dari vagina. Ada beberapa situasi
yang oleh seorang ahli ginekologi disarankan untuk dilakukan pendekatan
abdominal :
·
Kegagalan perbaikan berulang kali.
·
Diameter fistula lebih dari 4 cm
·
Daerah operasi sangat sempit, ada scar
vagina.
·
Jika lubang fistula berdekatan dengan
muara ureter, diperlukan pemasangan ureter katheter, mobilisasi buli-buli.
·
Lubang ureter menutup puncak fistula.
·
Jika memerlukan ureteroneocystostomy
·
Pasien menginginkan untuk perabdominal
·
Kontraktur vesika sehingga diperlukan
operasi tambahan membesar kapasitas vesika dengan penambahan dari sigmoid,
colon, atau ileum
Prinsip pendekatan abdominal untuk penutupan fistula
sama seperti pada pendekatan vagina. Dinding buli-buli harus dapat bergerak
bebas, dan jahitan penutup harus dua lapis dengan jahitan jelujur 3-0
poliglikolik atau kromik. Bila lubang ureter menutup puncak fistula, dipasang
stent ureter untuk mencegah perlukaan pada ureter. Pada keadaan dimana ureter
tepat di atas fistula, dilakukan pemotongan dan pemasangan kembali jauh dari
daerah penutupan. Pada kasus dengan peradangan hebat atau minimalnya vaskularisasi
perlu dilakukan pembersihan sebelumnya, omental flap atau paravesical
peritoneal flap dapat membantu proses penyembuhan.
·
Kombinasi transvaginal dan transabdominal
2.
Penatalaksanaan pasca operasi
a. Luka operasi penutupan fistula pada dinding vagina dilindungi dengan
sofratule selama 24 jam pasca bedah untuk mencegah infeksi
b. Dipasang dauer katheter selama 2 minggu agar buli-buli tetap kering
sehingga buli-buli tidak teregang.
c. Buli-buli setiap hari dibilas dua kali dengan 50 ml larutan boorwater 3%
dan instilasi antibiotika (uronebacetin) 10 ml selama 30 menit, selama ini
dauer katheter diklem untuk sementara. Kantong penampung urin setiap 24 jam
diganti yang baru .
d. Selama 7 hari post operasi bedrest total, kemudian mobilisasi ditempat
tidur miring kiri dan ke kanan dan setelah 12-14 hari boleh jalan
e. Pada hari ke-10 pasca bedah katheter diklem setiap 20 menit dan berikutnya
diklem lebih lama dan maksimal setiap 2 jam sekali, pada hari ke-14 katheter
dilepas. Jika penderita dapat kencing, maka penderita disuruh mengosongkan
buli-buli setiap 1 jam, kemudian bertahap setiap 2-3 jam.
f. Proses penyembuhan luka operasi dipercepat dengan injeksi IM 5 mg
folikelhormon seminggu sekali
g. Jika selama 2-3 hari setelah katheter dilepas, kencing tidak bocor lagi
maka penderita dipulangkan dan kontrol 6 minggu kemudian
h. Disarankan tidak melakukan coitus selama 10-12 minggu setelah pulang dari
rumah sakit.
Komplikasi pasca operasi :
ü Ureter obstruksi, dapat berupa obstruksi karena terjahit atau terlipat
akibat jahitan di sekitar ureter. Dapat diketahui dengan evaluasi cystoskopi.
ü Perdarahan vesika, dapat terjadi akibat perlukaan mukosa vesika. Bekuan
dapat menyumbat katheter sehingga distensi vesika yang berlebihan mengakibatkan
jaringan yang baru dijahit terbuka. Bekuan ini dapat dibersihkan dengan
penghisap melalui uretra.
ü Infeksi , terjadi karena invasi kuman daerah genital, umumnya gram negatip.
Antibiotika profilaksis diberikan sebelum operasi.
ü Fistula terbuka, kegagalan penutupan fistula biasanya diketahui hari 7 – 10,
penderita mengeluh ngompol kembali. Ganti katheter dengan ukuran lebih besar
memastikan urine dapat keluar dengan lancar, penutupan spontan diharapkan dapat
terjadi. Jika tetap bocor, dilakukan operasi ulang setelah 3 bulan.
ü Inkontinensia , pada vesika yang kontraktur terjadi gangguan pada sfingter,
meskipun fistula sudah tertutup baik, penderita tidak dapat menahan kencing,
urine keluar spontan.
BAB
III
STUDI
KASUS
3.1
Kasus
Seorang pasien
perempuan usia 29 tahun datang ke Ruang Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang
tanggal 4 September 2013 pukul 09.30 WIB kiriman poliklinik dengan diagnosa
fistula vesiko vaginalis.
Pasien mengeluhkan BAK
keluar dari vagina sejak 2 tahun yang lalu, mengalir tanpa disadari sehingga
pasien menggunakan pampers (2-3 x ganti). Pasien melahirkan anak ke-2 di
Puskesmas 2 tahun yang lalu, lahir bayi perempuan 4000 gram secara spontan dan
meninggal. BAB biasa. Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, yaitu tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit dan suhu 37 ºC.
Pada saat itu dilakukan pemeriksaan:
-
Inspekulo
·
Vagina : tumor (-), laserasi (-), tampak
cairan bening merembes dari dinding anterior vagina, berbau pesing
·
Portio : ukuran sebesar jempol tangan
dewasa, OUE tertutup
-
VT Bimanual
·
Vagina : teraba fistula sebesar jari
tangan dewasa pada 1/3 tengan vagina
anterior
·
Portio : ukuran sebesar jempol tangan
dewasa, OUE tertutup
Pada
tanggal 5 September 2013 pukul 11.00 WIB, dilakukan operasi fistuloraphy selama
180 menit. Setelah dilakukan operasi, pasien diberi NaCl 0,9 % pada three way
kateter no.22, 16 tetes/ menit selama 2 minggu.
3.2
Format
Pengkajian Data
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA NY
“M” POST FISTULORAPHY ATAS INDIKASI FISTULA
VESIKO VAGINALIS DI RUANG GINEKOLOGI IRNA A
KEBIDANAN RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
TANGGAL 9-10 SEPTEMBER 2013
Tanggal : 9
September 2013 No.MR :
Pukul : 15.00
WIB
I. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas /
Biodata
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. N
Umur :
29 tahun Umur : 48 tahun
Suku/Bangsa : Minang/ Indonesia Suku/Bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : Surian, Kab. Solok Alamat rumah :
Surian, Kab. Solok Selatan Selatan
B. Data Subjektif
1. Keluhan utama (jika ada pengeluaran
pervaginam kaji warnanya, bau, banyaknya), nyeri yang dirasakan ibu atau ada
pembengkakan): tidak ada
2. Riwayat Perkawinan
- Kawin :
1 kali
- Kawin pertama umur :
22 tahun
- Dengan suami sekarang : 8
tahun
3. Riwayat menstruasi
- . Haid pertama : umur 13 tahun
- Teratur/tidak teratur : tidak teratur
- Siklus : ± 30 hari
- Lamanya : 3-4 hari
- Banyaknya : 2-3 x ganti duk
- Sifat darah : encer
- dismenorrhoe : ada
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu
No
|
Tgl lahir anak
|
Usia kehamilan
|
Tempat persalinan
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
Komplikasi
|
Bayi
|
Nifas
|
||||
Ibu
|
Bayi
|
Jk
|
BB/PB
|
Keadaan
|
Lak tasi
|
Keadaan
|
||||||
1
|
2007
|
Aterm
|
Dukun
|
Spontan
|
Dukun
|
-
|
-
|
Pr
|
Tidak diukur
|
baik
|
baik
|
baik
|
2
|
2011
|
Aterm
|
Puskes
mas
|
Spontan
|
Bidan
|
-
|
Mening
gal
|
Pr
|
4000gr
49 cm
|
Mening
gal
|
baik
|
baik
|
5. Riwayat kontrasepsi
-
Jenis kontrasepsi : Pil KB
-
Mulai penggunaan : th. 2007
-
Berhenti :
th. 2009
-
Alasan berhenti :
ingin punya anak lagi
6. Riwayat Kesehatan
- Penyakit yang pernah/sedang
diderita : fistula
vesiko vaginalis
- Penyakit yang pernah/sedang
diderita keluarga : tidak ada
- Riwayat penyakit sekarang :
post fistuloraphy
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-
hari
- Pola nutrisi Makan Minum
Frekuensi : 2-3x sehari 6-7 gelas/ hari
Macam : nasi, lauk, sayur
air putih, air teh
Jumlah : 1 piring sedang
1 gelas sedang
- Pola Eliminasi BAK BAB
Frekuensi : dikateterisasi 1x 2 hari
Warna : kuning jernih kuning kecoklatan
Jumlah : ± 2000
cc/ hari
- Pola Aktivitas
Kegiatan
sehari-hari : pekerjaan rumah
tangga
Istirahat/Tidur : ± 9 jam/ hari
- Seksualitas
Frekuensi : sejak sakit tidak ada
Keluhan : urine mengalir dari vagina
tanpa disadari
- Personal Hygiene
Kebiasaan
mandi :
2 x sehari
Membersihkan
alat kelamin : ada,
setiap mandi dan habis BAK, BAB
Mengganti
pakaian dalam : 2 x
sehari
Jenis
pakaian dalam yang digunakan : bahan
katun
8. Keadaan psikososial spiritual
- Pengetahuan ibu tentang gangguan/penyakit
yang diderita saat ini :
Ibu tidak
mengetahui mengenai penyakit yang sedang dideritanya.
- Pengetahuan ibu tentang kesehatan
reproduksi :
Ibu
tidak tahu tentang kesehatan reproduksi.
- Dukungan suami/ keluarga :
Ada,
suami selalu mendampingi ibu selama di rawat di ruang ginekologi.
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : CMC
- Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
Pernafasan :
20 x/ menit
Suhu :
37 ºC
- BB :
60 kg
TB :
150 cm
2. Pemeriksaan Khusus
- Rambut : bersih, tidak ada ketombe
- Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
- Mulut : bersih, tidak pucat, gigi tidak ada karies
- Leher : tidak ada pembesaran dan pembengkakan
- Payudara
Bentuk :
simetris kiri dan kanan
Pembengkakan : tidak ada
Pengeluaran : (-)
- Abdomen
Bentuk :
normal
Pembesaran :
normal
Bekas Luka :
tidak ada
Nyeri tekan : tidak
ada
Massa :
tidak ada
- Genitalia eksterna
Kebersihan : baik
Kemerahan : tidak
ada
Pembengkakan : tidak
ada
Varices :
tidak ada
Oedema : tidak
ada
Pengeluaran pervaginam:
tidak ada
- Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
- Ekstermitas
Atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema
D.
Pemeriksaan Laboratorium (disesuaikan dengan indikasi)
- Labor biasa : Hb : 13,3 gr
%
- Pemeriksaan getah vulva dan vagina : tidak dilakukan
- Pemeriksaan sitologi vagina (pap
smear) : tidak dilakukan
3.3
Pendokumentasian
SOAP
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA NY
“M” POST FISTULORAPHY ATAS INDIKASI FISTULA
VESIKO VAGINALIS DI RUANG GINEKOLOGI IRNA A
KEBIDANAN RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
TANGGAL 9-10 SEPTEMBER 2013
SUBJEKTIF
|
OBJEKTIF
|
ASSESSMENT
|
PELAKSANAAN
|
Tanggal : 9 September 2013
Pukul : 15.00 WIB
-
Ibu
merasa kainnya basah karena banyak air yang keluar dari kemaluannya setelah
kembali dari kamar mandi
|
-
Tanda
vital :
· Tekanan darah : 110/70 mmHg
· Suhu : 37 ºC
· Pernapasan : 20 x/menit
· Nadi : 82 x/menit
-
Inspeksi : Semua dalam batas normal
-
Teraphy/
Cefixime 2x1
Asam mefenamat 3x1
B.comp 2x1
-
Ibu
terpasang NaCl 0,9 % pada three way cateter no.22, 16 tetes/menit
-
Pemeriksaan Labor :
·
Hb
: 13,3 gr%
|
Ibu post
fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko vaginalis rawatan hari ke-5
|
1.
Mengontrol
KU dan TTV ibu serta menginformasikan pada ibu bahwa KU ibu baik setelah
operasi..
E
: Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2.
Menganjurkan
ibu untuk bed rest total dan tidak boleh duduk dan berjalan ke kamar mandi dulu
selama 7 hari ini, karena ibu masih dalam proses pemulihan setelah operasi.
E : Ibu mengerti dan berjanji
untuk tidak duduk dan berjalan-jalan dulu
3.
Memeriksa
keadaan kateter ibu.
E : Sambungan selang infus ke
kateternya longgar dan telah dieratkan lagi.
4.
Menganjurkan ibu untuk banyak minum air
putih yaitu 3 botol aqua besar per hari agar urine ibu lancar dan untuk
mengontrol keadaan urine ibu.
E : Ibu hanya mampu menghabiskan
1 ½ botol aqua besar air putih per harinya.
5.
Menganjurkan
ibu untuk makan yang cukup agar kondisi ibu segera pulih
E : Porsi yang diberikan petugas
rumah sakit habis oleh ibu.
6.
Mengingatkan
ibu untuk minum obat yang telah di resepkan dokter untuk memulihkan kondisi
ibu.
E : Ibu sudah minum obat setelah
makan siang tadi
|
Tanggal : 9 September 2013
Pukul : 08.00 WIB
-
Ibu
mengatakan gerah dan ingin mandi
|
-
Tanda
vital :
· Tekanan darah : 110/70 mmHg
· Suhu : 37 ºC
· Pernapasan : 22 x/menit
· Nadi : 84 x/menit
-
Inspeksi : Semua dalam batas normal
-
Teraphy/
Cefixime 2x1
Asam mefenamat 3x1
B.comp 2x1
-
Ibu
terpasang NaCl 0,9 % pada three way cateter no.22, 16 tetes/menit
|
Ibu
post fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko
vaginalis rawatan hari ke-6
|
1.
Menginformasikan
kepada ibu bahwa keaadaan umum ibu baik.
E : Ibu sudah mengetahui hasil
pemeriksaan
2.
Memfasilitasi
ibu untuk mandi di tempat tidur.
E : Ibu sudah dibantu untuk mandi
di tempat tidur
3.
Melakukan
vulva hygiene.
E : vulva hygiene telah dilakukan
4.
Menganjurkan
ibu untuk makan pagi.
E : ibu sudah makan, porsi yang
diberikan habis oleh ibu
5.
Mengingatkan
ibu untuk minum obat.
E : ibu sudah minum obat setelah
makan pagi
6.
Menganjurkan
ibu untuk istirahat.
E : ibu akan beristirahat
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelayanan
asuhan kebidanan pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko
vaginalis harus sesuai dengan instruksi dokter. Asuhan yang diberikan kepada
ibu tersebut, seperti mengontrol keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital, menganjurkan
ibu untuk bed rest total dan banyak minum air putih sesuai yang diinstruksikan
dokter, menganjurkan ibu untuk makan yang cukup dan mengingatkan ibu untuk
rutin minum obat yang diresepkan dokter.
4.2 Saran
Semoga
dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan khusunya
berguna bagi penulis dalam memberikan
Asuhan kebidanan patologi pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula
vesiko vaginalis. Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, agar pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Online Casino Software - ChoE Casino
BalasHapusOnline Casino Software ✓ Online Casino Software ✓ Slots ✓ Jackpot Games ✓ Best Casino Games 메리트 카지노 주소 Online worrione ✓ 카지노사이트 Online Slots ✓ Table Games ✓ High RTP ✓ Live Dealer